Senin, 26 Oktober 2009

desahan tengah malam

Supernova yang terbangun saat tengah malam adalah suatu keabstrakan yang tercipta perlahan. Diiringin oleh bintang-bintang yang melebur secara perlahan bersama belaian dingin di tubuhku. Terasa begitu lembut dan dingin sekali. Suatu malam di suatu hari, di suatu belahan bumi ini. Pergelutan antara batin dengan batin terasa begitu menyenangkan. Lihatlah realita ini yang aku alami. Bersimbah air kenikmatan yang turun dari langit ketujuh. Tanpa rindangnya pohon yang menyejukkanku. Hanya langit yang berkalang mendung terus menghujami aku dengan tombak-tombak air yang perkasa. Ah sakit, begitu ujarku sambil mendesah kedinginan. Tapi terus saja terjadi langit menghukumku. Atas apa yang kurasa. Sial! Butiran dingin itu menelusupi ke dalam pori tubuhku, menggelitiki nikmat sekujur tubuhku dan membuatku mengeluarkan teriakan yang menyakitkan. Ah, ah, dan ah. Betapa hangat kurasa jika tetes itu berubah menjadi pelukan ambisi dan nafsu. Hangat yang kurasa, lembut yang kurasa, halus yang kurasa, adalah fatamorgana yang membuatku membiarkan kini terbuang oleh esok.

*adakah manusia sering terbuai dalam derita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar