Senin, 26 Oktober 2009

Oral pertama kali denganmu

Masih ingat pada suatu waktu di suatu masa yang lalu. Aku dan kamu berjejer di suatu tempat di suatu dimensi. Menatap mendung berarak mendinginkan suatu waktu itu. Masih ingatkah kau? Diam tercipta sejak kita menginjak hitam di tempat itu. Hitam untuk pertama kali dalam catatan kita berdua. Masih ingatkah kau? Abu-abu di langit dan hitam di bumi membuat kita menjadi sepasang keabsurdan antara itu. Suatu kata yang berasal dari suatu pikiran membuatmu risau. Belum terucap di antara bibir tipismu yang begitu indah. Terpukau aku dalam pesona merah menyala. Bertanyalah kau dan berkatalah kau. “Cinta?”. Jawaban atas tanyaku padamu berhari lalu di suatu tempat di suatu suasana berbeda dengan ini. Benar, ucapan pendek dan kata pertamamu di suasana dan tempat ini. Mendung dan dingin ini menggit dan kau seolah menggigitku dalam bait yang sempurna. “Cinta?”. Lagi kau ulangi katamu itu. Masih saja aku termenung menatap kata loncatan dan benda membuyar dari mulut mungilmu. Ragu, ragu dan ragu. Kau telah membuatku ragu dalam lamunan adab. Itu suatu masa, suatu waktu, suatu masa lalu. Kini kuingat jelas kata pertamaku di telingamu setelah itu. “Tidak!”*setiap sesuatu memiliki nilai sendiri. Ibarat koin uang munafik. Manusia hanya sebuah onggokan norma tak berhati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar