Senin, 26 Oktober 2009

kompilasi ini

Tertatah sudah semua luka dalam goresan yang perlahan menguat. Mengental dan mengeras seperti kapur yang tergerus dalam gua gelap. Mencuatkan kekerasan yang semakin lemah dan melemah. Apakah memang sakit rasa jika tertolak cinta? Entahlah, mungkin saja iya, mungkin saja tidak. Gelengan tidak dan anggukan iya semakin membias dan melamunkan rasa yang menggigit, sakit. Lalu sadarkah kamu atas apa yang telah kau renggut dari bahagiaku? Membaca satir yang mungkin menggemakan kebencian jauh di dalam hatimu. Memupuskan harapan yang tersiap perlahand alam rahasia pasti. Mampukah dan mampukah mudahkah melupakan aku?

Kompilasi 2

Membuyarkan semua mimpi yang telah hebat terukir dalam mimpi. Keberanian unuk melawan kebanyakan ruang yang telah teringinkand alam buaian. Melodi perlahan mampu melenakan hati yang tengah berkecamuk dalam tatah suci kehidupan. Menarikan o amuk o amuk dalam melodi senja yang melengking. Melanggamkan perlahan tak tik tuk sepatu yang berkaki cinta. Menginjak makna dan melampiaskan amarah. O sakit!

Kompilasi 3

Tuk tuk tuk. Kagum pelukanmu yang begitu erat. Hangat dan panas kurasa menguasai sekujur tubuh yang ringkih ini. Ah, nikmat sekali persetubuhan dengan mimpi yang kau ukir. Lama-lama perih yang kuredam mencuat dan mencakar punggung hitamku. Seolah membangunkan tarian kecap ilusi dalam akhir malamku. Dalam sekali rasa perih yang membekaskan goresan darah kering. Oh pelukan, betapa sayatan ini nikmat dan menyatu dengan persetubuhan kita. Ah, ah, ah, sepi dan sakit. Hanya anumu dan anuku yang membias dalam kata-kata ah, ah, ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar